SISTEM PERTAHANAN MISIL AS DI EROPA TIMUR

SISTEM PERTAHANAN MISIL AS DI EROPA TIMUR

Mulai dari tahun 2007 sampai sekarang, pemerintah AS yang dimulai pada masa pemerintahan Presiden AS George W.Bush sampai pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama berupaya mencapai kesepakatan dengan pemerintah Polandia dan Ceko mengenai pembangunan pangkalan pertahanan rudal AS. Namun usaha AS tersebut ditentang oleh Rusia karena dianggap mengancam keamanan Rusia. Sebagai bagian dari sistem pertahanan misil (antirudal)-nya, AS berencana menempatkan 10 penangkal rudal di Polandia serta radar pembimbing di Ceko. Rencana pembangunan sistem pertahanan misil AS di Polandia dan Ceko meliputi penempatan alat penangkal rudal, yaitu 10 rudal pencegat (interceptor missiles) di Polandia dan sebuah stasiun radar (tracking radar site) di Republik Ceko.

Masalah yang timbul yaitu sistem pertahan misil anti rudal tersebut menimbulkan kecurigaan Rusia bahwa rencana penempatan sistem antirudal AS di Polandia dan Ceko adalah langkah strategis untuk proses perluasan NATO ke arah timur. Rusia berpendirian bahwa rencana antirudal itu akan merusak perimbangan strategis AS dan Rusia di Eropa. Rencana ini juga akan memperkuat NATO dalam mengawasi dan mengontrol penempatan dan pengerahan tentara Rusia, yang akan meningkatkan kemampuan NATO untuk menyerang Rusia. Namun menurut PM republic Ceko, kecurigaan Rusia terhadap AS terlalu berlebihan karena pembangunan sistem pertahanan antirudal tersebut sama sekali bukan ancaman bagi Rusia. Dari sudut pandang militer, menurut Ceko, Rusia sama sekali tidak terancam.

Sistem pertahan misil anti rudal tersebut dimaksudkan AS untuk tujuan melindungi AS dan negara-negara sekutu di Eropa dari serangan sistem kerja rudal yang diluncurkan oleh Iran dan Korea Utara. Perisai rudal di Polandia dan Ceko dimaksudkan untuk menggagalkan serangan dari ‘negara-negara nakal’ seperti Iran, bukan untuk Rusia. Menurut Pentagon, sistem itu akan menjaga Eropa dari serangan-serangan rudal terbatas dari kekuatan-kekuatan militer yang lebih kecil seperti Iran. Menurut PM Republik Ceko Mirek Topolanek, pembangunan sistem pertahanan itu justru berguna untuk menguji semangat bela negara masyarakat Eropa. Hal tersebut juga merupakan langkah untuk memperluas sistem pertahanan NATO pada negara-negara yang tidak terjangkau oleh AS.

Pada bulan Februari 2009, AS dan Polandia akhirnya menyepakati seluruh paket penempatan sistem pertahanan anti rudal AS. Di samping itu negosiasi Ceko dengan AS berjalan sukses dan kesepakatan tersebut akan ditandatangani pada awal bulan Mei. pemerintah Ceko menyatakan bahwa perjanjian tersebut merupakan langkah penting dalam usaha mereka untuk melindungi bangsanya sebagaimana dicerminkan dalam pernyataan berikut: “This agreement is an important step in our efforts to protect our nations and our NATO allies from the growing threat posed by the proliferation of ballistic missiles and weapons of mass destruction.”

Penempatan system pertahan rudal AS itu sendiri mendapat pertentangan dari warga Polandia dan Ceko. Berdasarkan polling yang dilakukan CBUS di Warsawa, sebanyak 56 persen rakyat Polandia sendiri menolak rencana penempatan sistem ini. Sebuah jajak pendapat umum menunjukkan bahwa hampir dua pertiga rakyat Ceko menentang penempatan sistem radar AS di negara tersebut. Meskipun demikian, pemerintah Ceko telah menyatakan mendukung pembangunan perisai rudal tersebut meskipun mungkin menghadapi masalah ketika usulan tersebut masuk ke parlemen.

Indikasi dimulainya Perang Dingin ini adalah perbedaan pendapat Rusia dan Barat dalam menyikapi berbagai persoalan seperti rencana penempatan sistem anti rudal AS di Eropa Timur, keluarnya Moskow dari perjanjian pengurangan senjata konvensional di Eropa, keberatan Rusia atas usaha Barat untuk memisahkan Kosovo dari Serbia, dideportasinya diplomat Rusia dan Inggris menyusul meningkatnya aktivitas spionase kedua negara ini. Dinginnya hubungan Barat dan Rusia sudah berlangsung lama. Di sisi lain, sejak runtuhnya Uni Soviet dan pembubaran perjanjian Pakta Warsawa, di bawah pimpinan AS, NATO mempergunakan kesempatan berkurangnya keamanan di Eropa Timur dan berkurangnya pengaruh Rusia di kawasan tersebut untuk memperluas jangkauan kekuasaannya ke wilayah tersebut.

AS menyatakan komitmennya akan keamanan Polandia yang bergabung dengan NATO pada tahun 1999. Pada tahun 1999, Republik Ceko bersama Polandia resmi masuk menjadi anggota NATO. Seperti diketahui, Republik Ceko dan Polandia adalah negara bekas anggota Pakta Warsawa. Oleh karenanya Rusia melihat rencana Wasington ini mengancam stabilitas negaranya. AS dan NATO berusaha mengendalikan Rusia untuk mencegah bangkitnya kekuatan Rusia. Dalam hal START I yang masa berlakunya tinggal 2 tahun, AS tidak menunjukkan keinginannya untuk memperpanjang kesepakatan tersebut. Sementara itu, START II tidak terlaksana karena politik militer AS.

Masa berlaku kesepakatan pengurangan senjata-senjata strategis yang ditandatangani Presiden AS, George W. Bush dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada tahun 2002 tinggal 6 tahun lagi. Dengan demikian, kondisi yang ada saat ini mengarah kepada tidak adanya pembatasan pembuatan senjata strategis dan pertahanan antara AS dan Rusia. Menurut ahli politik dan militer, AS dan Rusia memasuki babak baru yang disebut perdamaian bersenjata; dimana masing-masing mereka tengah melaksanakan program-program militer yang akan meningkatkan kekuatan mereka untuk menghadapi ancaman satu dari yang lain. Dengan kekuatan militer, senjata nuklir, sumber energi yang besar dan wilayah luas yang dimilikinya, Rusia berusaha memainkan peran dalam keseimbangan politik dan keamanan internasional, dan hal ini berseberangan dengan politik rivalnya yaitu Barat.

Konflik AS-Rusia tidak pelak lagi akan menyebabkan ketegangan di dalam hubungan internasional secara keseluruhan. Ketegangan utamanya akan terjadi di wilayah Eropa Timur dan Eropa Tengah. Wilayah ini sangat penting bagi AS dan Rusia yang sama-sama sedang memperkuat supremasinya di dunia. AS dan Rusia tetap percaya terhadap apa yang dikatakan oleh ahli geopolitik Halford Mackinder bahwa siapa yang menguasai heartlad (Ukraina, Rusia dan Eropa Tengah) akan menguasai World-Island (Eurasia/Eropa Asia dan Afrika), siapa menguasai World-Island akan menguasai dunia. Terbukti doktrin ini telah menyebabkan dua Perang Dunia dan Perang Dingin. Atas dasar itu maka baik AS maupun Rusia akan berusaha dengan cara apa saja untuk menguasai wilayah Eropa Timur dan Eropa Tengah.

Ketegangan lebih luas akan terjadi pada hampir semua negara. Negara-negara lemah yang selama ini merasa lebih dekat dengan salah satu dari dua kekuatan utama dunia tersebut (AS/Rusia) akan berusaha bergabung dengan salah satu dari keduanya. Hal itu adalah sikap alami yang selalu terjadi di dalam sistem internasional. Seperti dikatakan oleh neorealist, negara-negara lemah akan melakukan balancing yaitu beraliansi dengan negara yang lebih kuat untuk mengimbangi negara lain yang mengancamnya (Hobson:2000). Persaingan antar aliansi ini sangat potensial menyebabkan perang terbuka.

Dalam meninjau kembali hubungan antara Amerika dan Rusia dalam aspek keamanan, maka sedikit banyak kita akan melihat bagaimana terminologi keamanan didefinisikan dalam pengertian “global power” dan “major power”, di mana terminologi global power mengacu pada negara yang mendefinikan kepentingan nasionalnya secara global dan memiliki kemampuan untuk memproyeksikan kekuatan militernya ke seluruh wilayah negara yang menjadi pengaruhnya. Sementara, terminologi major power mengacu pada negara-negara yang mendefinisikan kepentingan nasionalnya dan memproyeksikan kepentingan militernya di luar kawasan alaminya.

AS adalah negara yang termasuk ke dalam kategori “global power” sementara Rusia dapat dikategorikan dalam major power bersama Cina, Inggris, Perancis,bahkan Uni Eropa (Lake Morgan, 1997:165). Dalam situasi anarkis, yakni situasi di mana tidak terdapat “adjucating power”, negara harus berusaha untuk bertahan hidup (survive). Untuk bertahan hidup, maka negara harus memiliki “power” yang memadai. Jika kita memperhatikan konsep ‘anarchy’ dan realitas “struggle of power” antara negara, akumulasi kekuatan oleh AS akan menimbulkan ketakutan negara-negara lain karena kekuatan itu dapat digunakan untuk memaksakan dominasinya. Hal ini adalah logika dilema keamanan yang dapat diterapkan dalam memahami penentangan Rusia terhadap pembangunan sistem pertahanan misil AS di Eropa Timur.

Untuk menghadapi pembangunan sistem pertahanan misil AS di Eropa Timur, Rusia menggalang kerja sama (meskipun belum pada tahap aliansi formal) dengan negara-negara yang menjadi kompetitor AS, terutama China. Meskipun saat ini tidak terjadi parity dalam hal kekuatan militer (AS terlalu jauh lebih tinggi kapabilitasnya), gabungan Rusia dan China akan mampu menimbulkan efek deterens pada AS yang mengklaim dukungan dari Uni Eropa dan negara-negara yang secara tidak langsung dikendalikannya.

Jika dipandang dari pendekatan tradisional mengenai keamanan, hasil yang terjadi adalah perdamaian yang didefinisikan sebagai “stabilitas strategis” di mana tidak ada satu pihak pun yang memiliki insentif untuk melancarkan atau memulai perang. Namun, deterens nuklir sulit untuk diterapkan karena pembangunan sistem pertahanan misil AS melemahkan second-strike capability Rusia yang selama ini menjadi pencegah perang nuklir. Jadi, dilihat dari perspektif ini, pembangunan sistem pertahanan misil AS memang menjadi ancaman bagi keamanan internasional dalam kaitannya dengan tanggapan Rusia (dan mungkin, China).

Uraian di atas adalah hasil analisis dengan menggunakan pendekatan tradisional, yaitu realis dan neo-realis. Akan tetapi, pendekatan di atas dikritik karena terlalu menekankan pada keamanan militer dan menggambarkan realitas yang salah. Dengan menggunakan kerangka konseptual keamanan menurut Buzan, ancaman terhadap keamanan tidak hanya ada dalam ranah militer, tetapi juga ekonomi, sosial, dan politik. Penekanan pada aspek militer yang tampak di antara AS dan Rusia pada saat ini justru, menurut Richard Ullman, mengurangi keamanan negara dan individu-individu di dengan mengurangi alokasi sumber daya yang sedianya dapat digunakan untuk meningkatkan keamanan di bidang-bidang lain tersebut.

AS tidak pernah berupaya melonggarkan kebijakan strategisnya meskipun Perang Dingin telah berakhir. AS justru melakukan proses sekuritisasi terhadap isu-isu baru, misalnya terorisme global dan resekuritisasi terhadap isu-isu lama, misalnya ancaman nuklir dari Iran dan Korea Utara. Proses sekuritisasi ini mengimplikasikan bahwa ancaman pernag nuklir itu mungkin saja bukan sesuatu yang eksistensial, melainkan hanya persepsi. Jika persepsi yang sama ada di pihak Rusia, maka yang terjadi adalah mutual perception atau justru mutual misperception. Jadi, dilihat dari pendekatan konstruktivis terhadap keamanan, pernyataan AS, Polandia, dan Ceko di atas, yang menekankan “perlindungan sekutu dari ancaman proliferasi nuklir balistik (dari Iran dan Korea Utara)” perlu dipertanyakan.

Dari pembahasan di atas, dapat diambil disimpulkan bahwa:
1. Pembangunan sistem pertahanan misil AS di Eropa Timur dapat berdampak negatif terhadap keamanan global apabila diskursus yang terjadi di antara AS dan Rusia (beserta sekutu-sekutu mereka) mengarah pada mutual distrust. Sebaliknya, hal tersebut tidak akan berdampak apa-apa terhadap keamanan global jika diskursus di atas diubah. Dalam hal ini, strategi AS di Eropa Timur hanya akan menjadi normal politics, bukan lagi security politics.
2. Perang nuklir memang menghadirkan ancaman eksistensial terhadap keamanan di semua tingkat (individu hingga global). Akan tetapi, ancaman perang nuklir akibat pembangunan sistem pertahanan misil AS di Eropa Timur adalah hasil dari proses sekuritisasi yang terutama dilakukan oleh AS. Proses ini dapat dihentikan melalui dekonstruksi ancaman. Jadi, ancaman perang nuklir bukanlah sesuatu yang semata-mata eksistensial, tetapi bergantung pada konstruksi dan pengarahan persepsi dunia. Yang perlu dikhawatirkan justru bagaimana hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengalihkan perhatian dari bidang-bidang keamanan lainnya yang mungkin lebih penting, seperti keamanan politik, ekonomi, sosial, dan lingkungan.


DAFTAR PUSTAKA

______, Sistem Pertahanan Misil AS di Eropa Timur, http://go-kerja.com/sistem-pertahanan-misil-as-di-eropa-timur/ (diakses pada 05 Maret 2009)
______, Sistem Anti Rudal AS di Ceko, http://dw-club.org/dw/0,,631,00.html (diakses pada 09 April 2009)
______, Rusia pasang rudal di Baltik, http://www.bbc.co.uk/indonesian/news/story/2008/11/printable/081105_russiabaltic.shtml (diakses pada 09 April 2009)

______, Rusia Ancam Serang Sistem Rudal Amerika , http://www.myrmnews.com/indexframe.php?url=internasional/index.php?q=news&id=5561 (diakses pada 09 April 2009)
______, Sistem Pertahanan Rudal AS dan Ketegangan AS-RUSIA, http://alfianheri.blogspot.com/2008/11/sistem-pertahanan-rudal-as-dan.html
(diakses pada 09 April 2009)

BacA jUgA iNi



Category:

0 comments:

Post a Comment