OSCE (ORGANIZATION FOR SECURITY AND CO-OPERATION IN EUROPE)

Dari tahun 1400 sampai akhir PD II (Perang Dunia), Eropa menjadi pemimpin dunia. Walaupun demikian, catatan hitam sejarah Eropa terjadi pada abad ke-14 sebelum dan sesudah perang seratus tahun di benua tersebut dimana gereja, kerajaan, dan institusi sosial lain tidak berfungsi, berlanjut kemudian pada abad ke-17 dalam perang 40 tahun yang diawali dengan perpecahan gereja oleh gerakan protestan yang mengakibatkan perang antar negara dengan fanatisme agama. Krisis Eropa yang paling buruk dalam sejarah terjadi pada awal abad ke-20 melalui PD I dan II.

Ancaman keamanan internasional berlanjut dalam Perang Dingin dengan karakter perang yang berbeda melalui kekuatan senjata nuklir. Kondisi keamanan Dunia Baru (the New World order) memiliki tiga pokok pembahasan. Diawali dengan penjabaran tentang Dunia Pre-Modern yang terjadi pasca Perang Dingin yang ditandai dengan berakhirnya kolonialisme Eropa. Munculnya berbagai negara baru, seperti Somalia. Afganistan, dan Liberia, serta negara-negara pecahan Uni Soviet (rezim komunis) yang masih dalam proses konsolidasi internal dan teridentifikasi masuknya campur-tangan kekuatan militer asing (PBB) akibat rendahnya otoritas negara serta ketidak-mampuannya untuk menangani berbagai kerusuhan yang terjadi dalam negeri. Pada konteks ini, religi memainkan peran penting sebagai elemen politik, mengingat struktur sosialnya masih bercorak masyarakat agraris.

Elemen kedua yaitu Dunia Modern yang ditandai dengan meningkatnya ancaman keamanan internasional akibat dari ’unjuk’ kekuatan militer suatu negara yang dipersiapkan untuk melakukan agresi terhadap negara lain. Kondisi keamanan pada masa ini terjadi lebih dikarenakan munculnya perimbangan kekuatan (balance-of-power) antar negara sebagai konsekuensi dari pembangunan kekuatan militer masing-masing. Pemikiran yang berkembang pada saat itu masih didominasi oleh konsep hubungan internasional dalam aliran ’realist’ yang menyatakan bahwa dalam hubungan antar-negara tidak ada musuh atau kawan permanen, yang ada hanyalah kepentingan politis.

Pemahaman ini juga diterima oleh kaum ’idealist’ dengan perspektif lain yang menyatakan bahwa tindakan anarki suatu negara dapat diatasi melalui kekuatan hegemoni negara super-power atau dengan menciptakan sistem keamanan bersama. Muncullah kemudian hegemoni Amerika Serikat (AS) sebagai ’polisi’ dunia yang bertujuan mengatur ketertiban internasional berdasar pada Piagam PBB. Mengitip Cooper, fakta inilah yang menyebabkan AS terlibat sebagai ’mediator’ diberbagai konflik internasional.

Elemen ketiga dalam sistem internasional, oleh disebut sebagai Dunia Post-Modern yang ditandai dengan meningkatnya keamanan dan berkurangnya kerusuhan. Munculnya ikatan regional, seperti yang terjadi di Eropa berdasarkan dua perjanjian; pertama, Perjanjian Roma (Treaty of Rome pada tahun 1957) dan perjanjian pembatasan senjata yang belajar dari pengalaman perang paling mengerikan (Perang Dingin) melalui Perjanjian CFE (Treaty on Convensional Force in Europe). Tindak lanjutnya kemudian dibentuk organisasi yang bertugas menjaga keamanan dan kerjasama antar negara Eropa melalui OSCE (Organization for Security and Co-operation in Europe). Dengan ke-56 negara anggotanya, Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) merupakan forum yang luas bagi kerja sama di seluruh Eropa. Misi-misi OSCE ikut serta terutama dalam operasi pencegahan dan penanggulangan konflik

OSCE merupakan satu-satunya arena politik dimana hampir semua negara Eurasia dan Amerika Utara dapat bertemu dalam posisi yang sama untuk mendiskusikan permasalahan utama yang berhubungan dengan keamanan, stabilitas dan pembangunan di wilayah yang luas. Dalam konteks ini, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Rusia merupakan mitra sejajar. Wilayah keanggotaan yang luas juga memastikan bahwa mereka yang secara aktif berupaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih demokratis, stabil, aman dan sejahtera akan mendapatkan bantuan dan informasi.

Namun karena keanggotaan yang luas tersebut, tidak menjamin kekompakan Negara-negara anggotanya. Dalam OSCE, Amerika dan Rusia yang selama ini bermusuhan, merupakan mitra sejajar. Karena hal tersebut, tidak jarang timbul perselisihan antara Amerika Serikat dan Rusia mengenai kebijakan yang diambil oleh OSCE. Sebagai anggota OSCE, Rusia kadang-kadang menjengkelkan pada perjuangan organisasi itu bagi demokrasi dan hak asasi manusia di Eropa dan bekas republik-republik Soviet.

Sikap Rusia ini dilatabelakangi oleh Hasrat Rusia untuk terlibat secara aktif dalam pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah keamanan internasional, khususnya di Eropa. Rusia memiliki alasan yang cukup kuat untuk mendorong hasratnya ini. Stabilitas politik dan ekonomi serta berkah dari harga minyak yang tinggi sekitar dua dekade terakhir telah memberikan kemakmuran serta peluang bagi Rusia untuk memperkuat kembali militernya.

PROFIL OSCE


OSCE (Organization for Security and Co-operation in Europe : Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa) didirikan pada tahun 1975 di Helsinki, sebagai Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa, namun telah berkembang pesat dan saat ini anggotanya terdiri dari 55 negara bagian di Eropa, Amerika Utara, dan seluruh wilayah CIS. Seperti organisasi internasional lainnya, OSCE telah mengalami berbagai perubahan radikal sejak jatuhnya Tembok Berlin, dan kesempatan pengembangan dalam area yang tanggung jawabnya muncul pada permulaan tahun 1990. Bersama dengan PBB, Uni Eropa dan NATO, OSCE telah terlibat dalam rekonstruksi Balkan, Eropa bagian Timur dan wilayah CIS.

Pembentukan OSCE berdasarkan pada keinginan mempertemukan Timur dan Barat dan memupuk keamanan dan pembangunan demokratis di semua Negara yang berada dalam area OSCE, dari Vancouver hingga Vladivostok. OSCE merupakan instrumen utama untuk memastikan perdamaian, stabilitas dan kerja sama baik antara sejumlah Negara. Tiga dimensi jangkauan OSCE yakni politik militer, manusia serta ekonomi dan lingkungan.

Untuk beberapa tahun, OSCE mempertahankan profil politik yang sangat tinggi dan akan terus mempertahankannya. Salah satu alasannya adalah bahwa OSCE merupakan satu-satunya arena politik dimana hampir semua negara Eurasia dan Amerika Utara dapat bertemu dalam posisi yang sama untuk mendiskusikan permasalahan utama yang berhubungan dengan keamanan, satbilitas dan pembangunan di wilayah yang luas. Dalam konteks ini, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Rusia merupakan mitra sejajar. Wilayah keanggotaan yang luas juga memastikan bahwa mereka yang secara aktif berupaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih demokratis, stabil, aman dan sejahtera akan mendapatkan bantuan dan informasi. Norwegia berharap untuk memberikan kontribusi sebanyak mungkin terhadap pekerjaan penting ini, baik dalam arti politik ataupun dalam memberikan dukungan terhadap proyek nyata.

ANALISIS KASUS
Pada Maret 2008, Rusia mengadakan pemilihan Presiden. Namun Rusia sebagai anggota OSCE melakukan pembatasan terhadap waktu dan jumlah pengamat ODIHR (sayap OSCE yang bertugas memantau pemilihan) yang boleh dikirim ke Rusia. OSCE menolak usul kompromi Rusia yang berupaya menghindari boikot OSCE terhadap pemilu presiden Rusia, tanggal 2 Maret 2008. Pengamat OSCE batal mendampingi pemilu presiden karena pembatasan terhadap waktu dan jumlah pengamat yang boleh dikirim ke Rusia.

Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE) berdebat dengan Rusia tentang ukuran dan skala misi pemantau pemilihan ini. Badan pengawas itu menolak keringanan yang diberikan Moskow, yang dilakukan untuk mencegah pemboikotan oleh OSCE.

Di pihak Rusia sendiri, Rusia tidak akan menerima ultimatum dari pengawas pemilihan Eropa menyangkut syarat bagi pengiriman pemantau dalam pemilihan presiden Rusia. Menurut Rusia, ini adalah satu ultimatum. Negara yang punya harga diri tidak akan menyetujui ultimatum. Komisi Pemilu Rusia mengizinkan OSCE mengirim 75 pengamat, lima orang lebih banyak daripada yang disepakati semula. Selain itu, tim pengamat boleh mulai bertugas sepuluh hari sebelum pemilu, dan bukan tiga hari sebelummnya.

Rusia berpendapat bahwa badan pemantauan pemilihan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) secara tidak sopan menekankan pengiriman para pemantau sebulan sebelum pemungutan suara 2 Maret. Rusia mengatakan para pemantau ODIHR boleh datang pada tanggal 20 Februari, seminggu lebih awal dari yang semula diminta Moskow. Rusia juga membolehkan jumlah pemantau ditambah dari 70 menjadi 75 orang. Tetapi ODIHR mengatakan tawaran itu masih kurang, dan menegaskan tugas mereka harus dimulai pada tanggal 15 Februari.

Para pemantau beralasan datang hanya tiga hari sebelum pemungutan suara dimulai berarti mereka tidak bisa memantau kampanye pemilihan, untuk melihat proses bebas dan adil dilakukan atau tidak oleh semua kandidat, termasuk akses mereka ke media Rusia. Padahal Tim pengawas biasanya tiba di negara yang bersangkutan dua bulan sebelum pemilihan dilangsungkan agar mereka bisa mengawasi pendaftaran kandidat, kampanye dan peliputan media serta pemilihan itu sendiri.

ODIHR mengatakan pembatasan yang diberlakukan Rusia yang juga adalah anggota OSCE itu akan membuat pemantauan pemilu menjadi tidak mungkin. Secara terpisah, ODIHR mengatakan mereka tidak akan mengirim pemantau karena "batasan" yang diberlakukan Moskow. Pertikaian itu membuat ODIHR memboikot pemilihan presiden itu, sebagaimana yang dilakukannya terhadap pemilihan parlemen Rusia Desember lalu. Lembaga pengawas pemilihan Eropa akhirnya memboikot pemilihan presiden Rusia yang digelar tanggal 2 Maret. Oleh sebab itu, pihak Rusia meminta badan pemantau pemilihan di OSCE itu untuk dirombak, dan menuduhnya bekerja di bawah peraruran yang mereka buat sendiri.

KESIMPULAN

OSCE merupakan satu-satunya arena politik dimana hampir semua negara Eurasia dan Amerika Utara dapat bertemu dalam posisi yang sama untuk mendiskusikan permasalahan utama yang berhubungan dengan keamanan, satbilitas dan pembangunan di wilayah yang luas. Dalam konteks ini, Uni Eropa, Amerika Serikat dan Rusia merupakan mitra sejajar. Wilayah keanggotaan yang luas juga memastikan bahwa mereka yang secara aktif berupaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih demokratis, stabil, aman dan sejahtera akan mendapatkan bantuan dan informasi.
Namun terjadi ketidakkompakan Negara-negara anggotanya. Dalam OSCE, Amerika dan Rusia yang selama ini bermusuhan, merupakan mitra sejajar. Karena hal tersebut, tidak jarang timbul perselisihan antara Amerika Serikat dan Rusia mengenai kebijakan yang diambil oleh OSCE. Hal inilah nantinya yang menyebabkan terjadi kekacauan dalam penerapan kebijakan OSCE.


DAFTAR PUSTAKA

BBC – www.bbc.co.uk/ 15 Oktober 2008
Kompas – www.kompas.com 15 Oktober 2008
Wikipedia – http://en.wikipedia.org/ 15 Oktober 2008
Wordpress – http://id.wordpress.com/ 15 Oktober 2008
Situs norwegia – www.norwegia.or.id 15 Oktober 2008
Indonesia OnTime – www.indonesiaontime.com 15 Oktober 2008
Kompas – www.kompas.com 15 Oktober 2008
Open Subscriber – www.opensubscriber.com 15 Oktober 2008

BacA jUgA iNi



Category:

0 comments:

Post a Comment